Jumat, 21 Februari 2014

Biar Kau beku, Aku bisu!

Kuketuk mata hatimu,
lama kutunggui sambil pahit getir memegangi kepala yang berulang terbentur hingga berdarah,

kuketuk lagi pintu hatimu,
berharap kau buka lalu kau sambut aku dalam gelak tawa yang begitu lama kuimpikan hingga meletup letup inginku yang hanya sebatas didada.

Kutunggui terbukanya pintu keramatmu itu wahai malaikat kecilku,
walaupun angin badai memintaku dengan halus tuk enyah,
pun hujan deras menghujaniku dengan hujatan yang begitu menggunjing hatiku,
tapi lihatlah...
aku tetap meradang menunggumu.

Aku Takkan Terjajah!

Coba
dengar sebentar!
pelankan sedikit suaramu yang melengking bebal,
aku tak separah dan tak semenyebalkan seperti yang kau tuduhkan layak Pembual!
lebih banyak hal yang kau terka dari yang kau tahu asalnya,
jika saja kau tekan sedikit egomu dan mari sama-sama duduk meluruskan kaki dan
mengistirahatkan sendi-sendi?
jika saja tanganmu kau buka dan kau isikan sebanyak kata yang pernah coba kuungkapkan seberat-beratnya padamu?

Kirim Aku Malaikatmu

Kemarin hujan lebat!
Entah kenapa tiba-tiba satu nama kusebut penuh haru..

Kala itu kita menerobos hujan kecil-kecil yang turun malu-malu...
Sungguh lucu!

Kala itu kau pasangkan tubuhmu sebagai penghangatku,
sebagai peneduh hati yang tak lagi bisa kuhindari