Selasa, 12 Juli 2016

INFINITY




Mari memulai cerita,
cerita yang baru saja kutulis dari kanan setelah arah kiri dari kedalaman matamu.
cerita tentang kehidupan yang tak akan kau temui dalam buku dongeng negeri manapun,
cerita yang bermula dari kenyataan menuju mimpi.

mari bernyanyi lirih,
bernyanyi dengan nada tinggi dan tetap lirih,
bernyanyi setengah hati dengan nada tinggi dan masih tetap lirih,
bernyanyi dengan pikiran dan bukannya hati.

kita adalah pekerja paruh waktu yang dibayar dengan upah, bukan seniman yang berjalan riang kesana-kemari.

jangan bilang ke semua orang tentang aku yang kini menjadi kuli,
aku tiba-tiba melakukannya demi membiayai mimpi-mimpi.
sebab kata guruku jaman sekarang mimpi adalah barang mahal yang harus dibeli, sedang kenyataan adalah harga yang harus kau bayar dengan terpaksa.


Jaman sekarang "Terpaksa-Menjadi" adalah kata yang lumrah untuk membeli mimpi sebelum 22 tahunku menjual semua harapannya untuk hidup dengan baik.

Waktu ternyata bisa menukar harapan dengan kebahagiaan palsu, kebahagiaan yang banyak dibicarakan orang, ramai, mahal, dan tetap saja palsu.
kebahagiaan yang tak butuh lagi berdua-bertiga-bersama,
kebahagiaan kini cukup dengan apa yang tidak dimiliki orang lain, mobil mewah, rumah luas, wajah bertopeng luar dan dalam.
kita tidak lagi cukup bahagia dengan apapun yang sudah banyak dimiliki orang.
jadilah kita domba-domba yang diperbudak kebahagiaan yang sebagaimanapun pengucapannya akan tetap terdengar palsu.

"Jaman sekarang" adalah dua bentukan kata orang pribumi yang sekarang paling kubenci, seolah-olah keduanya sanggup merenggut masa lalu dan kenangan-kenangan indahnya sekaligus.
tapi bagaimanapun aku adalah kuli yang dibesarkan dari masa sekarang ke masa yang tak terbatas.
dimasa itulah anakku akan kuajarkan cara memerangi mimpinya sendiri atau mereka kuajari saja cara berdiri dengan benar setelah kenyataan dengan kejam mendorong jatuh mimpi-mimpi mereka.


Malang, Jawa Timur




Kehidupan ini seimbang, Tuan
barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, ia gila,
barangsiapa ia hanya memandang penderitaannya saja, ia sakit. (Pramoedya Ananta Toer)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar